KABAR GEMBIRA PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO TELAH MEMBUKA PENERIMAAN MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2012/2013 UNTUK PROGRAM MAGISTER DAN DOCTORAL

Selasa, 10 Januari 2012

Pengantar Teori Keseimbangan


Pengantar Teori Keseimbangan (Equilibrium)
Mungkin, salah satu titik kritis dalam pengajaran ekonomika adalah konsep keseimbangan (equilibrium). Konsep ini, menurut ekonomika matematis, menunjuk kepada suatu titik potong (atau titik singgung) dari pertemuan dua countervailing forces yang bergerak berlawanan, misalnya, antara kurva permintaan vis-à-vis kurva penawaran, antara kurva indiferen vis-à-vis garis anggaran, antara kurva biaya marginal vis-à-vis garis penerimaan marginal, dll. Titik potong/singgung dua kurva tersebut seperti sudah menjadi sebuah magical point, yang mendikte dua countervailing forces tersebut untuk “berkom promi” sampai kepada outcome, yang dinamakan equilibrium point tertentu.

Adam Smith (yang sudah terlanjur diklaim sebagai Godfather-nya ilmu ekonomi) sudah mengimplisitkan konsep tersebut dalam konteks division of labor. Menurut Smith: “The general industry of the society never canexceed what the capital of the society employ.” Hal ini disebabkan: “Every individual is continually exerting him self to find out the most advantegous employ ment for what ever capital he can command.” Dalam alinea berikutnya, Smith mengatakan: “But the annual revenue of every society is always equal to the exchangeable value of the whole annual produce of its industry, or rather is precisely the same thing with that exchangeable value.”

Saya hendak mengangkat isu: Apakah pengertian equilibrium menurut ekonomika? Apakah kita dikatakan equilibrium ketika kita duduk santai dengan secangkir kopi panas dan ditemani liukan asap rokok ? Atau, the last but not the least, kita dikatakan disequilibrium ketika kita menjadi emosional (mudah tersinggung dan marah) ketika penulisan celotehan ini mengalami kebuntuan?

Equilibrium Menurut Kamus
Terlebih dahulu, mari disimak definisi equilibrium menurut kamus Microsoft Bookshelf2000, yaitu:

A condition in which all acting influences are canceled by others, resulting in a stable, balanced, or unchanging system.

Mental or emotional balance; poise.

Physics. The state of a body or physical system at rest or in unaccelerated motion in which the resultant of all forces acting on it is zero and the sum of all torques about any axis is zero.

Chemistry. The state of a chemical reaction in which its for ward and reverse reactions occur at equal rates so that the concentration of the reactants and products does not change with time.

Sedangkan menurut Collins Dictionary of Economics, equilibrium dipahami sebagai a state of balance with no tendency to change.

Kata “equilibrium”sebenarnya diadopsi dari bahasa latin “aequilībrium”yang berawalan aequi–yang berkonotasi equi, dan lībra yang bermakna seimbang (balance), stabil, tidak bergerak, dan/atau tidak berubah. Dalam bahasa Indonesia, equilibrium biasanya diterjemahkan sebagai keseimbangan (atau kesetimbangan).

Equilibrium Menurut Ekonomika
Menurut Adam Smith (1723-1790), keseimbangan (atau kondisiequal(ity)) terjadi apabila tenaga kerja secara terus-menerus berusaha mencari exchangeable value dalam dirinya dalam interaksinya dengan industri, dan pada saat yang sama industri/kapital juga beroperasi berdasarkan advantages employment. Thomas Robert Malthus (1766-1834) juga mengenal sesuatu yang—dalam bahasa kekinian—dinamakan keseimbangan, yang ditimbulkan oleh “pergulatan” dua countervailing forces yang saling berseberangan yaitu: pertumbuhan penduduk vis-à-vis ketersediaan makanan. David Ricardo (1772-1823) juga bercerita sesuatu seperti equlibrium point, yaitu ketika tambahan jumlah modal dan tambahan tenaga kerja dalam pengelolaan tanah, sama dengan tambahan rente yang dihasilkan dari pengelolaan tanah tersebut.

Meskipun Smith, Malthus, dan Ricardo tidak mengeksplisitkan kata keseimbangan menurut terminologi ekonomika kekinian, tetapi mereka menyiratkan kata itu. Smith menjamin bahwa : Thegeneral industry of the society never can exceed what the capital of the society employ; Malthus menakut-nakuti kita jika terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan makanan; sementara Ricardo mewaspadai gejala diminishing return ketika sebidang tanah tertentu menderita kelebihan kapital dan tenaga kerja.

Pengertian keseimbangan yang berkonotasi stabil, tidak berubah, dan/atau tidak bergerak, kemudian dieksplisitkan oleh pentolan-pentolan ekonomi, seperti Antoine-Augustin Cournot (1802-1866), Jules Dupuit (1804-1866), William Stanley Jevons (1835-1882), dan Alfred Marshall (1842-1924). Mereka ini, dalam literatur, sering dicap sebagai kaum neoklasik karena mereka “…. is united by its focus (the firm and/or the individual rather than the entire economy) and its abandonment of strictly objective considerations in its formulation of value.” (Ekelunddan Hebert 1997:257).

Cournot (1802-1866) dalam bukunya: Research es into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth yang terbit tahun 1838, menceritakan konsep keseimbangannya dalam kerangka teori duopoli, yaitu: dua perusahaan sejenis yang saling bersaing tetapi saling tergantung satu sama lain di dalam pasar duopolis. Perusahaan 1 (atau perusahaan 2) satu saling memberikan reaksi terhadap quantity setting yang dilakukan oleh perusahaan 2 (atau perusahaan 1), sehingga setiap perusahaan memiliki fungsi reaksi yang menggambarkan hubungan antara kuantitas perusahaan satu terhadap kuantitas perusahaan lainnya. Bagi Cournot, masing-masing perusahaan bisa “mengintip”quantity setting yang dilakukan perusahaan lawannya. Titik potong dua fungsi ini di namakan keseimbangan. Bagi Cournot, keseimbangan adalah kondisi stabil di mana satu perusahaan tidak berkecenderungan untuk mengubah kuantitasnya dengan mempertimbangkan kuantitas perusahaan rivalnya.

Dupuit (1804-1866), seorang praktisi bergelar insinyur mesin, menjelaskan konsep keseimbangan (equi) dalam—konteks marginal utility—dalam bukunya Theoretical and Practical Studies on the Movement of Running Water (1848). Setiap konsumen, menurut Dupuit, attachesa different utility to the same object according to the quantity he can consume. Artinya, dalam benak Dupuit, setiap konsumen memiliki marginal utility (atau harga) yang seharusnya di bayarnya. Dalam kata lain, konsumsi akan barang tertentu tergantung kepada marginal utility atau harga yang dibayarkan untuk penambahan/pengurangan konsumsi atas barang tersebut. Marginal utility yang “disematkan” oleh konsumen kepada suatu barang, yang juga merupakan harga seharusnya dibayarkan, adalah equi-marginal utility. Dari sini kita bisa membayangkan bahwa keseimbangan menurut Dupuit adalah kecocokan antara “batas psikologis” pada level utilitas (atau harga) berapa konsumen bersedia membayar dengan harga yang terjadi. Gampangnya kalau kita menyematkan utilitas sebesar Rp7.500 kepada rokok A, maka ketika rokok ini jatuh pada hargaRp5.000 (harga di bawah “batas keseimbangan” utilitas tersebut), maka saya mungkin akan memborong rokok A. Berdasarkan argumen ini, Dupuit kemudian memperkenalkan istilah surplus konsumen dan surplus produsen.

Jevons (1835-1882) dalam bukunya yang terbit tahun 1871 berjudul Theory of Political Economy meluncurkan the law of indifference dalam konteks theory of exchange. Menurut Jevons, “… in the same open market, at any moment, there cannot be two prices for the same kind on article.” Selanjutnya Jevons mengatakan bahwa “When a commodity is perfectly uniform or homogeneous in quality, any portion may be indifferently used in place of an equal portion.” Apabila hukum ini tidak terjadi—yaitu diseqiulibrium, maka akan terjadi arbitrasi. Sampai kapan aktivitas arbitrasi ini terjadi? Jevons mengatakan bahwa “Holders of commodities will be regarded not as continuously passing on these commodities in streams of trade, but as possessing certain fixed amounts which they exchange until they come to equilibrium.” (Dome 1994:90-96).

Dalam kerumunan tokoh-tokoh marginalist di atas, hanya Marshall yang dianggap paling menonjol. Alasannya adalah: Pertama, paparan dia tentang analisis marginal dari beliau cukup lengkap dan jelas; Kedua, dia mendominasi literatur-literatur ekonomika mikro sekarang; dan Ketiga, dia menjadi guru pentolan-pentolan ekonom awal abad 20, seperti J. M. Keynes (termasuk bapaknya Keynes), A. C. Pigou, dan Joan Robinson (lihat Buchholz 1990:143). Buku yang melejitkan Marshall adalah: Principles of Economics yang pertama kali terbit tahun 1890.

Dalam bukunya, Marshall mengambilalih semua imaginasi equilibrium dari kaum neoklasik sebelumnya. Menurut Marshall, keseimbangan adalah sebuah analisis yang melibatkan proses eliminasi berbagai faktor yang dianggapnya tidak relevan. Proses ini kemudian dikenal sebagai ceteris paribus. Analisis keseimbangan ini dipakai untuk menjelaskan adanya dua countervailing forces baik dalam, misalnya, teori perilaku konsumen (garis anggaran vis-à-vis kurva indiferens), dalam teori perilaku produsen (biaya marginal vis-à-vis penerimaan marginal), atau teori pasar (kurva permintaan vis-à-vis kurva penawaran). Marshall mengibaratkan dua countervailing forces tersebut seperti sepasang pisau gunting, bahwasanya “When one blade is held still, and the cutting is affected by moving the other, we may say with careless brevity that the cutting is done by the second ….” (Dome 1994:153).

Partial Equilibrium Dan General Equilibrium
Melihat dari kejauhan hiruk-pikuknya pergulatan pemikiran para kaum marginalis, tiba-tiba muncul Leon Walras (1834-1910) yang mengusung pendekatan general equilibrium. Menurut Walras, siapapun yang belum memaksimumkan utilitasnya akan menderita excess demand sekaligus excess supply. Tujuan dari exchange adalah memaksimumkan utilitas, yang berarti membuang excess supply untuk memperkecil excess demand. Oleh karena itu, segala upaya untuk mengadakan exchange akan mempengaruhi nilai (value) seluruh barang dalam perekonomian. Dalam kata lain, aktivitas produksi dan konsumsi adalah saling bergantung satu sama lain. Ini adalah inti dari karya Walras berjudul Elementof Pure Economics yang terpublikasi pada tahun 1874.

Oleh karena itu, segala upaya untuk mengadakan exchange akan mempengaruhi nilai (value) seluruh barang dalam perekonomian. Dalam kata lain, aktivitas produksi dan konsumsi adalah saling bergantung satu sama lain. Ini adalah inti dari karyaWalras berjudul Element of Pure Economics Pemikiran Walras dapat disederhanakan sebagai berikut: Anggap ada dua jenis komoditi (1 dan 2) yang saling dipertukarkan di antara dua individu (1 dan 2). Sebelum pertukaran, individu 1 memegang komoditi 1 q11 dan komoditi 2 q12 sementara individu 2 mempunyai komoditi 1q21 dan komoditi 2 q22. Melalui pertukaran, individu 1 mengubah komoditi 1 sebesar x11 dan komoditi 2 sebesar x12 sementara individu 2 mengubah komoditi1 sebesar x21 dan komoditi 2 sebesar x22. (Kita bisa mengatakan bahwa x11 dan x12 analog dengan ∆q11 dan ∆q12; dan x21 dan x22 analog dengan ∆q21 dan ∆q22). Akibat dari pertukaran individu 1 dapat mengkonsumsi q11 + x11 (atau q11 + ∆q11); dan individu 2 dapat mengkonsumsi q21 + x21 (atau q21 + ∆q21). Jika positif, maka xij adalah demand; sementara jika negatif, maka xij adalah supply. Permintaan harus sama dengan penawaran. Artinya, individu 1 dan 2 harus tunduk kepada p1x11 + p2x12 = 0 dan p1x21 + p2x22 = 0. Jika kita nyatakan p = p2/p1 dan p2/p1 dan p1 = 1 (numeraire) maka x11 + px12 = 0 dan x21 + px22 = 0, dan kemudian keduanya dijumlahkan, maka kita mendapatkan x11 + x12 + p(x12 + px22) = 0. Inilah yang dinamakan Walras’s Law.

Diceritakan oleh Ekelund dan Herbert (1997:382-398) betapa Walras, jagoan dalam matematika, mengalamatkan bukunya kepada Marshall. Walras menuduh bahwa keseimbangan yang dimaksud Marshall bukanlah keseimbangan yang sebenarnya. Marshallian equilibrium terlalu parsial, tidak mempertimbangkan aspek interindependence, dan dipastikan oleh Walras mengandung excess demand dan excess supply. Pendek kata, Walras menuduh Marshall terlalu berani mengklaim sebuah keseimbangan.

Meskipun demikian, analisis Walrasian general equilibrium bukan tanpa masalah. Walras kurang meyakinkan dalam menjelaskan bagaimana equilibrium in general dapat terjadi. Menurutnya, keseimbangan terjadi melalui proses tâtonnement yaitu “… the demonstration of the attainment of that equilibrium through the play of the raising and the lowering of prices until the equality of supply and demand quantities is established” (Dome1994:109). Adanya proses tâtonnement memunculkan pertanyaan: Apakah keseimbangan kompetitif dimungkinkan terjadi? Jika terdapat disturbance, dapatkah Walrasian system bergerak kembali menuju equilibrium?

Dua pertanyaan ini sangat merisaukan Vilfredo Pareto (1848-1923), murid sekaligus teman korespondensi Walras. Menurut Pareto (dalam bukunya Treatise on General Sociology, 1916) mengatakan bahwa masyarakat ditegakkan oleh individu-individu yang senantiasa mengarah ke keseimbangan, yaitu pemulihan setelah terjadi konflik atau pergolakan. Individu-individu saling mempengaruhi, agar keseimbangan tercapai. Ada dua daya (stabilizing force) yang memungkinkan terjadinya pemulihan keseimbangan, yaitu:

Setiap individu cenderung menggabungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, sehingga menjadi kombinasi baru. Mereka juga cenderung bersatu dengan orang lain, meneladani, dan menyesuaikan diri dengan mayoritas. Kecenderungan ini disebut the instinct of combination.

Setiap individu cenderung mempertahankan kombinasi yang telah di buatnya, dan menjaga diri (hati-hati) sebagai individu yang utuh. Kecenderungan ini disebut the persistance of aggre gates. akibat pengaruh daya pertama, individu selalu aktif mencari kombinasi-kombinasi baru. Bahkan, individu mencoba mencari hubungan kausal dua realitas yang tidak ada hubungannya sama sekali. Misalkan, seseorang mengasosiasikan malapetaka yang menimpa dirinya dengan perbuatan yang ia alami sebelumnya; menghubungkan takhayul dengan teori-teori ilmiah; menghubungkan nasionalisme dengan kebijakan ekonomi; dan lain-lain. Akibat pengaruh daya kedua, manusia segan akan adanya perubahan.

Ada beberapa point penting dari paparan di atas, yaitu :
Diskusi tentang equilibrium pasti melibatkan dua atau lebih countervailing forces.

Konsep partial equilibrium atau general equilibrium, pada dasarnya, berbicara tentang a degree of abstraction (atau derajad ceteris paribus).

Equilibrium mengkonotasikan suatu kondisi yang diinginkan oleh manusia.

Konsep equilibrium tidak besangkut-paut dengan kemampuan matematika untuk mengeksposisikan, tetapi mengacu kepada kemampuan individu untuk mencapainya.

Jadi, kita mungkin dalam kondisi equilibrium ketika kita duduk santai dengan secangkir kopi panas dan dengan sebatang rokok yang asapnya meliuk-liuk. Atau, tiba-tiba menjadi dis equilibrium (marah) ketika kopi yang hendak diminum, tersenggol orang sehingga tumpah. Jika ini terjadi, usaha untuk membuat secangkir kopi lagi tentu dapat membuat kita equlibrium lagi (meskipun dengan sedikit ngomel-ngomel dalam rangka menuju new equilibrium).

Dalam literatur ekonomika dikenal istilah Paretian equilibrium, yaitu, ketika kita menjadi better off tanpa membuat orang lain worse off. Mungkin, ketika kita enak-enakan (better off), kita belum menyadari bahwa orang lain worse off karena membutuhkan perhatian dari kita. Jika demikian, masalah kita bukan membuat kopi panas lagi, tetapi bagaimana membuat kita better off seraya membuat orang lain terperhatikan oleh kita.

Semoga kita bisa memahami makna equilibrium, sehingga di dalam sebuah organisasi kita bisa membedakan mana yang merupakan keseimbangan absolut bukan dibuat-buat, sebab beresiko fatal bagi organisasi.


Seperti biasa untuk mengakhiri celotehan ini, saya memberikan pesan, pesan hari ini adalah : " Mengukur Kedewasaan Bukan Dari Bertambahnya Usia, Tetapi Seberapa Banyak Masalah Yang Kita Hadapi dan Berapa Banyak Yang Telah Terselesaikan...!!! (AFT)".

 

Terimakasih Telah Mengunjungi PPs UNSRAT Manado Semoga Informasi Yang Disajikan Dapat Membantu / Mohon Maaf Web Dalam Proses Perbaikan.....Thank's...

PPS UNSRAT MANADO 10 03 1985 Admin Stenly Eriando Jacobis is Designed by 401T